Info Populer 2022

Komedian Jojon Meninggal Dunia Pagi ini

Komedian Jojon Meninggal Dunia Pagi ini
Komedian Jojon Meninggal Dunia Pagi ini
Djuhri Masdjan Jojon, yang sohor dengan nama komediannya Jojon, meninggal dunia pada pagi ini, Kamis, 6 Maret 2014. Dia meninggal karena serangan jantung. Berita soal meninggalnya Djojon disampaikan oleh sang istri, Henny, lewat pesan singkat. “Telah meninggal dunia pelawak Djojon pukul 06.10 pagi karena serangan jantung,” tulis Henny seperti dilansir vivanews (06/03).

Komedian senior ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit  Ramsey Premier Jatinegara.
Hingga saat ini, jenazah masih berada di RS Premier Jatinegara dan akan dibawa ke rumah duka  di Jalan Puri Pangeran No.3 Imperial Golf Estate Sentul City Bogor.

Kabar meninggalnya Djojon juga sudah diketahui oleh rekannya, Sys Ns. Ia mengaku menerima kabar itu dari rekan sesama artis lainnya.
“Saya dapat kabar dari Dewi Gita. Insya Allah hari ini saya ke rumahnya,” katanya singkat.
Djuhri Masdjan Jojon lahir di Karawang, 5 Juni 1947. Meninggal dunia dalam usia 66 tahun. Selain menjadi seorang komedian terkenal, pria berdarah Sunda ini juga seorang aktor. Dia lama menjadi bergabung dalam Jayakarta Grup bersama Cahyono dan Uu.

Kawan jojon, Cahyono menceritakan bahwa sosok jojonlah yang mengenalkannya pada Islam. Cahyono sebelum memperoleh hidayah Islam. ”Saya Nasrani selama 42 tahun, tapi Alhamdulillah, saya diberikan teman-teman yang luar biasa — Jojon, Ester, Uu — di Jayakarta Grup,” kisah Cahyono.
Ketiga karibnya ini, menurut Cahyono, taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. Mereka, bahkan, telah menunaikan ibadah haji. ”Khusus Jojon, dia itu lulusan Ponpes Wanaraja. Nah dialah yang menjadi guru ngaji saya pada awal-awalnya.” Kebetulan mereka berjiran.
Periode tahun 1980-1990-an merupakan masa jaya Jayakarta Grup. Tawaran manggung ke luar daerah terus mengalir. Di saat show ke daerah-daerah, Cahyono kerap menemukan sesuatu yang membangkitkan rasa ingin tahunya. Yakni sewaktu melihat ketiga rekannya shalat berjamaah. ”Saya selalu melihat dan mengamati saat mereka bertiga shalat berjamaah. Entah kenapa, tiap kali mereka takbir Allahuakbar, saya berpikir inikah Tuhannya orang Islam,” katanya.
Suatu hari, rasa ingin tahunya memuncak. Kemudian, usai menyaksikan sahabatnya shalat, dia memberanikan diri bertanya kepada Jojon, ”itu tadi apa sih Allahuakbar itu.”
Jojon menjelaskan, Allahuakbar merupakan seruan umat Islam mengagungkan Allah SWT, tuhan semesta alam. ”Tidak ada tuhan selain Allah, dan siapa yang menyekutukan Allah, dijamin masuk neraka jahanam,” Cahyono mengutip ucapan Jojon. Mendengar uraian itu, Cahyono serasa disambar petir.

Sejak itu, ia banyak merenung. Ia memikirkan tentang konsep trinitas yang dianutnya selama ini. Belum habis rasa gundahnya, tak berapa lama dirinya larut bercanda dengan ketiga sahabatnya, ditambah almarhum H. Benyamin.
Mendadak Jojon nyelutuk, ”udahlah No, bercandanya dihabisin, mumpung masih di dunia. Di akhirat nanti kita nggak ketemu lagi. Kita ke surga, kamu ke neraka.”
Cahyono terdiam dan tak dapat menimpali. Dalam hati ia membatin, Jojon bercanda tetapi nyelekit. ”No, you kan beriman zabur, taurat dan injil, tapi masih ada lagi Alquran dengan nabi penutup Muhammad SAW. Itu dari Allah semua.” Ucapan Jojon kian menghunjam ke sanubarinya.
Cahyono kian ingin mempelajari Islam. Bahkan, suatu malam, ia bermimpi. ”Mungkin mimpi ini yang lantas mengubah pendirian saya,” kenangnya.
Dalam mimpinya, dia bertemu dan dikejar-kejar mahluk mengerikan. Saking takutnya, Cahyono berdoa dan menyebut nama tuhannya. Namun mahluk itu justru bertambah besar. Semakin lantang disebut nama tuhannya, sang mahluk makin membesar. ”Pada kondisi yang putus asa, saya teringat nama tuhannya Jojon. Sekonyong-konyong, saya takbir dalam mimpi itu, Allahuakbar, dan seketika lenyaplah mahluk tadi,”kisahnya.
Paginya, Cahyono langsung menemui Jojon. ”Tuhanmu manjur Jon,” katanya.
Kendati demikian, akhir 1992, ia menemukan hidayah-Nya. Saat itu ada pertandingan sepakbola antarpayuban pelawak Ibukota, di Stadion Kuningan Jakarta Selatan.
Hari beranjak petang, matahari pun lingsir. Adzan Magrib mendayu-dayu. Allahuakbar allahuakbar. Cahyono tak kuasa mendengarnya. Ia menepi ke pinggir lapangan. Tanpa disadarinya ia sekonyong-konyong bersujud. Ia merasa tak ragu memeluk Islam. Jojon menjadi pembimbingnya. Cahyono resmi memeluk Islam pada idul Fitri.
Red: Randy

sumber :antiliberalnews.com
Advertisement

Iklan Sidebar